Sabtu, 08 Desember 2012

tugas persyaratan kalimat

A  KALIMAT EFEKTIF A. PENGERTIAN 1. Kalimat efektif adalah suatu kalimat yang dapat dapat memberikan efek tertentu dalam komunikasi (skripsi). Efek yang dimaksudkan adalah kejelasan informasi. Selanjutnya dikemukakan bahwa keefektifan sebuah kalimat tidak hanya ditentukan oleh kejelasan informasi tetapi juga kelengkapan unsure-unsurnya. Sebuah kalimat dikatakan memiliki unsure yang lengkap, sekurang-kurangnya mengandung unsure subjek dan unsure predikat. 2. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penulis (pembicara). Secara tepat, sehingga antara penulis (pembicara) tidak ada kesalah pahaman. 3. Menurut Razak (1992:2) Kalimat dapat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan informasi itu berlangsung sempurna. 4. Sedangkan menurut Parera (1991:42) kalimat efektif yaitu kalimat atau bentuk kalimat yang dengan sdar dan sengaja disusun untuk mencapai informasi yang tepat dan baik. Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mengantarkan pembaca untuk memahami isi pesan dengan maksud pengarangnya.     1. Kesatuan Gagasan Pengertian kesatuan gagasan adalah kalimat memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal. Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum. Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan). • Subjek ganda adalah :  Contoh : Pembangunan sekolah baru pihak yayasan dibantu pihak bank. • Subjek tidak jelas adalah :  Contoh : Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik. • Struktur tidak benar/rancu  contoh : Saya punya rumah baru saja diperbaiki. • Salah pemakaian kata/frase  contoh : Yang saya sudah sarankan kepada mereka adalah merevisi proposal masing-masing. 2. Kesejajaran/Keparalelan Pengertian : Yang dimaksud dengan keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama jenis katanya, pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat. Umpamanya dalam sebuah perincian : • Jika unsur pertama berbentuk verba, unsur kedua dan seterusnya juga harus verba. • Jika unsur pertama nomina, unsur berikutnya juga harus nomina. Dengan kata lain, sebuah kalimat harus memiliki kesamaan bentukan/ imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di–, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di– pula. Contoh kesejajaran atau paralelisme yang salah : 1. Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha? 2. Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. Contoh kesejajaran atau paralelisme yang benar: 1. Kakakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha? 2. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. 3. Ketegasan atau penekanan Pengertian ketegasan atau penekanan, yaitu penekanan atau penonjolan ide kalimat. Penekanan dapat berupa penekanan subjek, predikat, atau keterangan. Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan. Caranya : • Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat. Contoh : 1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain 2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. • Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, –pun, dan –kah. Contoh : 1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu. 2. Kami pun turut dalam kegiatan itu. 3. Bisakah dia menyelesaikannya. • Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting. Contoh : Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya. • Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan. Contoh : 1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin. 2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh. 4. Kehematan Pengertian : Yang dimaksud dengan kehematan ialah adanya upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu. Hemat disini, tidak berarti tidak memakai kata-kata mubazir ; tidak mengulang subjek ; tidak menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata, kalimat akan menjadi padat berisi dan tidak akan merubah maksud kalimat. Contoh kalimat yang tidak hemat kata: • Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu belajar sepanjang hari dari pagi sampai sore. Contoh kalimat yang hemat kata: • Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian. 5. Kelogisan Pengertian : yaitu bahwa ide kalimat dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal. Contoh : Waktu dan tempat saya persilakan. Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ; Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium. 6. Kevariasian Pengertian : Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang. a). Cara memulai 1. Subyek pada awal kalimat. Contoh: – Bahan biologis menghasilkan medan magnetis dengan tiga cara. 2. Predikat pada awal kalimat (kalimat inversi sama dengan susun balik). Contoh: – Turun perlahan-lahan kami dari kapal yang besar itu. 3. Kata modal pada awal kalimat Dengan adanya kata modal, maka kalimat-kalimat akan berubah nadanya, yang tegas menjadi ragu tau sebaliknya dan yang keras menjadi lembut atau sebaliknya. Untuk menyatakan kepastian digunakan kata : pasti, pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali, dan sebagainya. Untuk menyatakan ketidak pastian digunakan : mungkin, barangkali, kira-kira, rasanya, tampaknya, dan sebagainya. Untuk menyatakan kesungguhan digunakan: sebenarnya, sesungguhnya, sebetulnya, benar, dan sebagainya. Contoh: – Sering mereka belajar bersama-sama. b). Panjang-pendek kalimat. Tidak selalu kalimat pendek mencerminkan kalimat yang baik atau efektif, kalimat panjang tidak selalu rumit. Akan sangat tidak menyenangkan bila membaca karangan yang terdiri dari kalimat yang seluruhnya pendek-pendek atau panjang-panjang. Dengan menggabung beberapa kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk setara terasa hubungan antara kalimat menjadi lebih jelas, lebih mudah dipahami sehingga keseluruhan paragraf merupakan kesatuan yang utuh. c). Jenis kalimat. Biasanya dalam menulis, orang cenderung menyatakannya dalam wujud kalimat berita. Hal ini wajar karena dalam kalimat berita berfungsi untuk memberi tahu tentang sesuatu. Dengan demikian, semua yang bersifat memberi informasi dinyatakan dengan kalimat berita. Tapi, hal ini tidak berarti bahwa dalam rangka memberi informasi, kalimat tanya atau kalimat perintah tidak dipergunakan, justru variasi dari ketiganya akan memberikan penyegaran dalam karangan. d). Kalimat aktif dan pasif. Selain pola inversi, panjang-pendek kalimat, kalimat majemuk dan setara, maka pada kalimat aktif dan pasif dapat membuat tulisan menjadi bervariasi. e). Kalimat langsung dan tidak langsung. Biasanya yang dinyatakan dalam kalimat langsung ini adalah ucapan-ucapan yang bersifat ekspresif. Tujuannya tentu saja untuk menghidupkan paragraf. Kalimat langsung dapat diambil dari hasil wawancara, ceramah, pidato, atau mengutip pendapat seseorang dari buku.

Gadis_muslimah: Testing ae lah :-D


Syarat keefektifan kalimat
1.   Kesepadanan, yaitu keseimbangan antara gagasan dan struktur kalimat yang dipakai.
2.   Kehematan, yaitu menghemat kata atau frasa yang tidak diperlukan.
3.   Kesejajaran bentuk, yaitu menempatkan gagasan yang sama penting dan sama fungsinya ke dalam struktur atau konstruksi gramatikal yang sama.
4.   Ketegasan atau penekanan, yaitu penekanan atau penonjolan ide kalimat. Penekanan dapat berupa penekanan subjek, predikat, atau keterangan.
5.   Kevariasian, yaitu variasi dalam menggunakan kosakata dan pola kalimat atau unsur-unsur penting dengan berbagai variasi.
6.   Kecermatan adalah bahwa kalimat tersebut tidak menimbulkan tafsir ganda dan tepat dalam pilihan kata.
7.   Kelogisan, yaitu bahwa ide kalimat dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.

kalimat


Akan tetapi, ada satu pola kalimat dalam bahasa Indonesia yang predikatnya selalu mendahului subjek (P–S). Kalimat yang menggunakan pola kalimat seperti itu disebut kalimat inversi. Pada umumnya kalimat inversi mensyaratkan subjek yang tidak
tertentu atau tidak definit. ( definisi kalimat inversi )


Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai aktor atau pelaku.
Contoh:
1.     Saya menolong orang itu.
2.     Mereka mendaki gunung selama satu minggu.
3.     Ayah membaca terus-menerus sampai larut malam.


Kalimat aktif ada dua macam, yaitu aktif transitif dan aktif intransitif.

Kalimat aktif yang predikatnya dapat diberi objek dinamakan kalimat aktif transitif, dan bila tidak dapat diberi objek disebut kalimat aktif intransitif.
Contoh:
1.     Tukang kayu mengecat pintu. (aktif transitif)
2.     Handoko menendang bola. (aktif transitif)
3.     Mobil itu menepi. (aktif intransitif)
4.     Burung-burung itu terbang. (aktif intransitif)


Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita (dikenai tindakan).
Contoh:
1.     Surat itu sudah kubaca dua kali.
2.     Semua tembok akan dicat lagi.
3.     Sepatunya disemir sampai mengkilat.

Jumat, 24 Juni 2011